Kamis, 16 Februari 2017

Pesona Wisata Religi Manado, Monumen Yesus Memberkati



WSU - Tujuan Pemerintah Sulawesi Utara (Sulut) untuk lebih meningkatkan pariwisata semakin terlihat. Memang, pesona wisata Manado tidak perlu diragukan lagi. Selain terkenal dengan keindahan alam yang memikat, khususnya untuk wisata bahari, Manado juga menawarkan wisata religi yang wajib dikunjungi wisatawan.                      

Salah satunya adalah Monumen Yesus Memberkati. Sekilas, monumen ini mengingatkan kita pada monumen serupa di Rio de Janeiro, Brasil. Patung yang terletak di Jalan Ring Road Trans Sulawesi, tepatnya di kawasan Citraland, ini memang hanya memiliki selisih tinggi 8 meter dengan patung Cristo Redentor, yang berarti Kristus Penebus, di Brasil.

Monumen Yesus Memberkati memiliki tinggi keseluruhan 50 meter, dengan tinggi patung 30 meter dan tinggi tiang penyangga 20 meter. Uniknya, patung ini memiliki kemiringan 20 derajat sehingga patung seakan melayang dengan posisi tangan yang terangkat. Gestur seperti ini dibuat seperti kisah dalam Alkitab ketika Yesus membentangkan tangan dan memberkati murid-muridnya. Posisinya yang menghadap Kota Manado membuat patung ini seakan memberi berkat pada Kota Manado.

Di sekitar monumen ini terdapat replika Jalan Salib. Replika ini dibuat guna menggambarkan kesengsaraan Yesus saat memanggul salib menuju Bukit Golgota sebelum akhirnya ia disalib. Replika Jalan Salib ini memiliki 200 anak tangga setinggi 38 meter dengan 14 titik pemberhentian.

Kehadiran Monumen Yesus Memberkati ini menjadi alternatif wisatawan yang sedang berlibur di Kota Manado sejak diresmikan pada 2007 lalu. Monumen yang diprakarsai oleh pengusaha properti kawakan Ir Ciputra ini disebut-sebut menjadi salah satu patung Yesus tertinggi di Asia, bahkan dunia.

(Ardybilly)

Selasa, 14 Februari 2017

Pulau Bunaken, Surga Bawah Laut Yang Mustahil Ditemukan Di Tempat Lain



WSU - Taman Nasional Bunaken merupakan tempat wisata yang berada di Teluk Manado Sulawesi Utara. Dengan luas sekitar 8,08 km persegi, tempat wisata ini merupakan salah satu bagian dari pemeritahan kota Manado. Di sini terdapat sebuah Taman Laut yang sangat indah yang terdapat di sekitar pulau Manado Tua ( Mantehage dan Siladen ).

Untuk menikmati suasana bawah laut Bunaken Anda harus menyelam kedalam dan bergerak mengikuti irama ombak yang mengalir.

Pesona alam bawah laut yang menakjubkan akan anda temukan disini. Ada sekitar 13 jenis terumbu karang yang menjulang terjal vertikal kebawah sedalam sekitar 25 – 50 meter.

Anda juga akan dimanjakan dengan pemandangan yang disuguhkan oleh sekitar 91 species ikan yang ada di Taman Laut Bunaken. Antara lain koi putih (Seriola rivoliana), gusimi lokal (Hippocampus), nila gasi (Scolopsis bilineatus), goropa (spilotocepsep hinephelus dan hypselosoma Pseudanthias), lolosi ekor kuning (Lutjanus kasmira), dan banyak yang lain.

Tidak hanya itu disini juga banyak ditemukan moluska seperti ikan kepala kambing (Cassis cornuta), nautilus (Nautilus pompillius), kima raksasa (Tridacna gigas) dan tunikates atau askidian.

Bagi para Traveler yang menyukai scuba diving, tempat ini adalah salah satu tepat terbaik untuk melakukan kegiatan tersebut. Ada sekitar 20 titik yang bisa digunakan untuk penyelaman, dimana anda akan mendapatkan kesempatan untuk berenang kedalam laut dengan disekelilingi beragam biota laut yang sangat mempesona.

SEJARAH WISATA BUNAKEN
Bunaken yang satu ini bisa sangat terkenal seperti sekarang ini dikarenakan keindahan taman lautnya, wisata ini ditemukan pada tahun 1975. Dan dijadikan sebuah objek wisata andalan Sulawesi Utara.

Sebenarnya wilayah dari bunaken telah dihuni oleh penduduk semenjak tahun 1400, dan penduduk yang pertama kali menghuni tempat ini merupakan imigran dari kerajaan Bowontehu ( Manado Tua ) serta wilayah yang ditempati meliputi pulau Bunaken, Mantehage, Siladen, Naen, Talise, pulau Bangka, Gangga dan wilayah pesisir utara semenanjung Minahasa.

Pada tahun 1850 an, masyarakat yang menduduki Tanjung Parigi berpindah ke Arah Tenggara yang letaknya ditepi pantai dan tepat berhadapan dengan Kota Manado sendiri. kemudian masyarakat tersebut mendirikan sebuah negeri yang oleh mereka diberi nama “Wunakeng” yang merupakan singkatan dari nama “Kinawungakeng”, kata Kinawunakeng sendiri mempunyai arti tempat tinggal.

Kemudian pada perkembangannya, kata” Wunakeng ” sendiri diganti menjadi Bunaken yang merupakan singkatan dari “Pamunakeng” yang mempunyai arti tempat mendarat dari sebuah perahu.

Pada mulanya Taman Nasional Laut Bunaken ditemukan oleh sekolompok penyelam dari Kota Manado. Yang mencoba melakukan kegiatan ekspedisi penyelaman di tempat ini yang dilakukan pada tahun 1975 Dan pada saat mereka melakukan kegiatan penyelaman. Nelayan setempat memperingatkan kepada para penyelam tersebut bahwa tempat yang mereka selami banyak terdapat roh jahat.

Akan tetapi para penyelam tadi tidak gentar dan terus melakukan kegiatan penyelaman. Setelah mereka menyusuri tempat dibawah air laut Bunaken, penyelam-penyelam tadi menemukan tumbuhan laut di dinding karang masih murni dan ikan-ikan langka.

Yang membuat mereka terkagum-kagum melihat pemandangan yang sangat fantastis tersebut. semenjak itulah Bunaken menjadi tempat wisata yang sangat mempesona di Sulawesi Utara.

Kemudian pada tahun 1991 tempat ini menjadi salah satu Taman Nasional di Indonesia dan pada tahun 2005 Taman Nasional Bunaken menjadi salah satu situs warisan dunia setelah didaftarkan ke UNIESCO.


RUTE PERJALANAN MENUJU KE TAMAN NASIONAL BUNAKEN
Untuk menjangkau ke kawasan wisata Taman Nasional Bunaken sangatlah muda. Apabila Anda melakukan perjalanan melalui udara, Anda bisa langsung transit di Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi yang ada di Kota Manado. dimana bandar udara ini terhubung dengan kota – kota besar lainnya di kawasan Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Makasar, Balikpapan dan juga Denpasar Bali. selain itu bagi Anda yang datang dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Filipina juga bisa langsung transit di Bandara ini.

Kemudian dari Bandara Sam Ratulangi perjalanan Anda dilanjutkan ke Kota Manado dengan menggunakan transportasi taksi. Dari Kota Manado ke Pulau Bunaken sendiri, perjalanan dilanjutkan melewati pelabuhan yang ada Manado menuju Marina Blue Banter dan Marina Nusantara Diving Centre (NDC) di Kecamatan Molas.

Waktu yang ditempuh kurang lebih sekitar 30 menit. setelah sampai di Marina Blue Banter masih diperlukan 10 sampai 15 menit perjalanan dengan menggunakan kapal pesiar menuju ke lokasi penyelaman.

Semantara apabila Anda melewati Marina Nusantara Diving Centre (NDC) membutuhkan waktu 20 menit. Selain itu alternatif lain untuk sampai ke Pulau Bunaken dari Manado, Anda bisa menggunakan transportasi kapal yang bisa Anda sewa dari Marina dan Pasar Bersehati
Kemudian untuk masalah tiket masuk ke kawasan wisata Taman Nasional Bunaken, Anda bisa memperolehnya dengan membeli di kota Manado tepatnya di Kantor Taman Nasional Bunaken, selain itu Anda juga bisa memperolehnya di beberapa counter penjualan tiket yang ada di desa Liang ( Pulau Bunaken ) atau di Siladen.

AKTIFITAS WISATA DI PULAU BUNAKEN
Aktifitas yang bisa dilakukan di pulau Bunaken kebanyakan adalah snorkeling atau menyelam. Agar Anda dapat menikmati pesona keindahan Bunaken secara utuh dan jelas, disini terdapat kurang lebih 23 tempat penyelaman yang bisa Anda kunjungi.

Bagi Anda yang berkeinginan untuk melakukan snorkeling tidak usah bingung dan repot untuk membawa peralatan penyelaman karena disekitar sini telah banyak penyedia alat – alat selam yang bisa Anda sewa tentunya dengan harga murah kisaran Rp. 100 ribu untuk satu hari.

Pemandangan bawah laut Bunaken yang sangat mempesona memang sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja.

Berbagai jenis spesies terumbu karang yang sangat menakjubkan dengan bentuknya yang unik membentuk lekukan lekukan indah membuat mata Anda akan terpukau olehnya, disamping itu keindahan yang dihasilkan dari terowongan terowongan mungil yang ada dibawah laut, menjadikan tempat ini surga bawah laut yang mustahil ditemukan ditempat lain.

(ARDYBILLY)

Senin, 13 Februari 2017

Lihaga Island, Salah Satu Tempat Wisata Terindah

WSU - Sulawesi Utara memang dikenal dengan surga wisata bahari dan Pulau Lihaga merupakan salah satu tempat wisata di Minahasa Utara yang sayang untuk tidak dikunjungi apabila anda sedang berada di Sulawesi Utara. Secara administrasi pulau seluas kurang lebih 8 hektar berada di Kecamatan Likupang Kabupaten Minahasa Utara.

RUTE MENUJU PULAU LIHAGA
Untuk mencapai salah satu tempat wisata favorit di Minahasa Utara, anda akan menempuh perjalanan sekitar 90 menit dari Kota Manado menuju Likupang (pelabuhan Serei). Setelah tiba di Likupang, anda masih akan menempuh perjalanan lagi selama kurang lebih 40 menit menggunakan perahu nelayan setempat yang biasa dipergunakan untuk membawa wisatawan ke pulau Lihaga dari pelabuhan Serei dengan harga sewa perahu sekitar 800.000 untuk 20 orang penumpang.

Memang, untuk mencapai Pulau Lihaga anda akan menempuh perjalan lebih dari 2 jam. Akan tetapi anda tak perlu khawatir, perjalanan jauh yang telah anda tempuh tidak akan sia-sia karena setibanya di pulau yang tak berpenghuni ini, anda akan disambut hamparan pasir putih halus, yang dikelilingi birunya lautan. Pulau Lihaga memiliki sebuah nilai lebih sebagai salah satu tempat wisata di Sulawesi Utara yakni pantai berpasir putih dengan pasirnya yang begitu halus. Untuk bisa masuk ke pulau yang begitu indah dan tak berpenghuni, anda akan dikenakan tarif sebesar 20.000/orang.

Sebelum naik ke perahu menuju Pulau Lihaga anda bisa bernegosiasi dengan pemilik perahu agar supaya perahu yang anda tumpangi bisa melewati Pulau Gangga, sebuah pulau yang tak kalah indahnya dengan Pulau Lihaga. Sayangnya tidak sembarang orang bisa masuk ke tempat ini karena di Pulau Gangga ini berdiri resort milik warga negara asing. Saat hendak mencapai pulau Lihaga, anda akan disajikan pemandangan yang begitu indah yakni sebuah pulau kecil berpasir putih dengan gradasi air warna air yang begitu indah.

Oh ya, sebelum turun jangan lupa untuk mengitari pulau kecil ini dengan perahu, maka anda akan melihat sisi lain keindahan Pulau Lihaga. Pinggiran pantai didominasi oleh hamparan batu karang dan pasir putih dengan pemandangan yang elok, sungguh sebuah pemandangan yang mempesona yang sangat jarang anda temui di tempat-tempat wisata lainnya.

KEINDAHAN ALAM PULAU LIHAGA
Ditempat ini, anda juga bisa menikmati keindahan bawah laut dengan melakukan snorkling. Pemandangan bawah laut disekitar Pulau Lihaga tidak kalah cantiknya dengan Taman Laut Bunaken yang sudah tersohor. Walaupun pulau ini tidak berpenduduk namun anda tidak perlu khawatir kareni dipulau ini telah tersedia toilet dan ruang ganti.  Bahkan pulau ini telah memiliki bangunan dari kayu yang cukup besar. Anda juga bisa menginap di Pulau Lihaga tanpa khawatir dipungut bayaran lagi.

Namun tentunya anda harus menyediakan peralatan (tenda) sendiri karena ditempat ini tidak ada yang menyediakan tenda. Selain itu jika anda berencana berkunjung ke Pulau Lihaga, jangan lupa untuk membeli makanan dan minuman terlebih dahulu karena di Pulau Lihaga tidak tersedia warung yang menjual makanan.

Karena keindahan alam yang begitu mengagumkan, Pulau Lihaga menjadi salah satu lokasi favorit fotografer. Jadi jangan kaget jika saat anda berkunjung ke Pulau Lihaga anda akan melihat para pecita dunia fotografi “berkeliaran” ditempat ini untuk merekam keindahan pulau tak berpenghuni ini.

(Ardybilly)

Kamis, 09 Februari 2017

Ayo Kunjungi Wisata Sejarah Waruga Sawangan



Salah satu situs peninggalan sejarah yang telah berubah menjadi salah satu destinasi wisata andalan di Provinsi Sulawesi Utara adalah Waruga Sawangan. Jika masyarakat di Tanah Toraja memiliki tradisi yang khas dalam pemakaman, masyarakat Sulawesi Utara terlebih khusus suku Minahasa pada dahulu kala juga dahulu sempat melakukan tradisi yang unik dalam pemakaman yakni dengan menguburkan orang yang telah meninggal kedalam sebuah wadah yang disebut dengan waruga.

Sebenarnya anda tidak hanya dapat melihat Waruga di desa Sawangan saja, karena Waruga sendiri tersebar di berbagai tempat di Sulawesi Utara apa terlebih di tanah Minahasa. Akan tetapi, di desa Sawangan Kabupaten Minahasa Utara anda bisa melihat Waruga dalam jumlah yang banyak dengan berbagai bentuk yang sudah terkumpul disebuah lokasi yang berada disekitar pemukiman warga

SEJARAH WARUGA
Dikutip dari wikipedia.org, pada mulanya Suku Minahasa jika mengubur orang meninggal sebelum ditanam terlebih dulu dibungkus dengan daun woka (sejenis janur). Lambat laun, terjadi perubahan dalam kebiasaan menggunakan daun woka. Kebiasaan dibungkus daun ini berubah dengan mengganti wadah rongga pohon kayu atau nibung kemudian orang meninggal dimasukkan ke dalam rongga pohon lalu ditanam dalam tanah. Baru sekitar abad IX Suku Minahasa mulai menggunakan waruga. Orang yang telah meninggal diletakkan pada posisi menghadap ke utara dan didudukkan dengan tumit kaki menempel pada pantat dan kepala mencium lutut. Tujuan dihadapkan ke bagian Utara yang menandakan bahwa nenek moyang Suku Minahasa berasal dari bagian Utara. Sekitar tahun 1860 mulai ada larangan dari Pemerintah Belanda menguburkan orang meninggal dalam waruga.

Kemudian pada tahun 1870, Suku Minahasa mulai membuat peti mati sebagai pengganti waruga, karena waktu itu mulai berjangkit berbagai penyakit, di antaranya penyakit tipus dan kolera. Dikhawatirkan, masyarakat yang sudah meninggal menularkan bibit penyakit tipus dan kolera melalui celah yang terdapat di antara badan waruga dan cungkup waruga. Bersamaan dengan itu pula, agama Kristen mengharuskan mayat dikubur di dalam tanah mulai menyebar di Minahasa. Waruga yang memiliki ukiran dan relief umumnya terdapat di Tonsea. Ukiran dan relief tersebut menggambarkan berapa jasad yang tersimpan di waruga yang bersangkutan sekaligus menggambarkan mata pencarian atau pekerjaan orang tersebut semasa hidup. Adapun waruga yang telah paling terkenal adalah Waruga Sawangan.


Waruga sendiri terdiri dari dua bagian yakni bagian badan dan bagian penutup yang semuanya terbuat dari batu yang utuh. Untuk bagian badan umumnya berbentuk persegi empat yang pada bagian tengahnya merupakan ruang kosong tempat meletakkan jenazah yang akan dimakamkan, sedangkan bagian penutupnya terlihat menyerupai atap rumah.

Meskipun terbuat dari bebatuan yang sangat keras, namun anda tidak akan melihat waruga dalam bentuk yang polos saja, karena setiap waruga (pada bagian badan atau penutup) diukir dengan berbagai motif. Menurut warga disekitar waruga sawangan yang saya temui, motif/ukiran pada waruga melambangkan profesi yang ditekuni selama hidup ataupun melambangkan daerah asal jenazah yang dimakamkan.

Keunikan lain dari waruga adalah jenazah yang akan dimakamkan, dimasukkan kedalam batu yang pada bagian tengahnya terdapat ruang kosong dengan jenazah diletakkan pada posisi jongkok atau duduk dan kepala mencium lutut, seperti ketika sebuah bayi masih berada didalam kandungan. Hal ini dapat anda lihat pada ukiran yang terdapat di dinding sebelum anda memasuki waruga sawangan. Yang lebih mengagumkan, satu waruga bisa berisi lebih dari satu jenazah. Oh ya, jika pada umumnya jenazah yang dimakamkan berada di bawah tanah maka lain halnya dengan waruga karena waruga sendiri berada diatas tanah dan menghadap ke utara.

Apabila anda berada di Waruga Sawangan, luangkan waktu sejenak untuk mengunjungi rumah adat khas Minahasa yang telah disulap menjadi museum yang berada disekitar pintu masuk Waruga Sawangan. Didalam museum, anda bisa melihat berbagai peninggalan zaman dahulu kala mulai dari alat makan, perhiasan, berbagai perabotan, hingga alat perang.


Pesona Bukit Tetempangan Hill Desa Koha

Wisatawan lokal yang berkunjung di bukit tetempangan hill



Pesona bukit tetempangan hill 
Surga Wisata Sulut - Objek Wisata Tetempangan Hill yang berada di desa Koha, kota Manado, sudah menjadi tempat yang paling banyak dikunjungi Wisatawan dalam dan luar negeri. Setiap pekannya, ribuan orang datang ke objek wisata ini hanya untuk melihat dan menikmati pesona alam yang di tampilkan bukit Tetempangan ini.

Tak hanya itu saja, pesona alam yang sangat luar biasa, dengan bulan penuh (Full Moon) sebulan sekali tampak didepan mata menambah kesempurnaan objek wisata kelas dunia ini.

Tetempangan Hill Koha Village merupakan Salah satu tempat parawisata Internasional yang saat ini paling digemari masyarakat Sulut maupun para Turis. Objek Wisata yang juga menjadi surga bagi paragliding (Paralayang) ini memberikan nuansa spektakuler bagi para penikmat alam, yakni full moon. Ribuan pasang mata melihat serta mengabadikan moment berharga ini yang terjadi hanya sebulan sekali.


Dari sore hari ratusan orang telah menunggu moment full moon ini, sebelumnya para masyarakat telah dimanjakan dengan terbenamnya matahari (SunSet) yang sangat indah, dengan suasana sejuk dan dingin diterpa angin malam menambah/menjadikan perasaan merasa tenang dan damai.

 Contact Person: 082187877109/082344209633 (Whatapp)