Kamis, 09 Februari 2017

Ayo Kunjungi Wisata Sejarah Waruga Sawangan



Salah satu situs peninggalan sejarah yang telah berubah menjadi salah satu destinasi wisata andalan di Provinsi Sulawesi Utara adalah Waruga Sawangan. Jika masyarakat di Tanah Toraja memiliki tradisi yang khas dalam pemakaman, masyarakat Sulawesi Utara terlebih khusus suku Minahasa pada dahulu kala juga dahulu sempat melakukan tradisi yang unik dalam pemakaman yakni dengan menguburkan orang yang telah meninggal kedalam sebuah wadah yang disebut dengan waruga.

Sebenarnya anda tidak hanya dapat melihat Waruga di desa Sawangan saja, karena Waruga sendiri tersebar di berbagai tempat di Sulawesi Utara apa terlebih di tanah Minahasa. Akan tetapi, di desa Sawangan Kabupaten Minahasa Utara anda bisa melihat Waruga dalam jumlah yang banyak dengan berbagai bentuk yang sudah terkumpul disebuah lokasi yang berada disekitar pemukiman warga

SEJARAH WARUGA
Dikutip dari wikipedia.org, pada mulanya Suku Minahasa jika mengubur orang meninggal sebelum ditanam terlebih dulu dibungkus dengan daun woka (sejenis janur). Lambat laun, terjadi perubahan dalam kebiasaan menggunakan daun woka. Kebiasaan dibungkus daun ini berubah dengan mengganti wadah rongga pohon kayu atau nibung kemudian orang meninggal dimasukkan ke dalam rongga pohon lalu ditanam dalam tanah. Baru sekitar abad IX Suku Minahasa mulai menggunakan waruga. Orang yang telah meninggal diletakkan pada posisi menghadap ke utara dan didudukkan dengan tumit kaki menempel pada pantat dan kepala mencium lutut. Tujuan dihadapkan ke bagian Utara yang menandakan bahwa nenek moyang Suku Minahasa berasal dari bagian Utara. Sekitar tahun 1860 mulai ada larangan dari Pemerintah Belanda menguburkan orang meninggal dalam waruga.

Kemudian pada tahun 1870, Suku Minahasa mulai membuat peti mati sebagai pengganti waruga, karena waktu itu mulai berjangkit berbagai penyakit, di antaranya penyakit tipus dan kolera. Dikhawatirkan, masyarakat yang sudah meninggal menularkan bibit penyakit tipus dan kolera melalui celah yang terdapat di antara badan waruga dan cungkup waruga. Bersamaan dengan itu pula, agama Kristen mengharuskan mayat dikubur di dalam tanah mulai menyebar di Minahasa. Waruga yang memiliki ukiran dan relief umumnya terdapat di Tonsea. Ukiran dan relief tersebut menggambarkan berapa jasad yang tersimpan di waruga yang bersangkutan sekaligus menggambarkan mata pencarian atau pekerjaan orang tersebut semasa hidup. Adapun waruga yang telah paling terkenal adalah Waruga Sawangan.


Waruga sendiri terdiri dari dua bagian yakni bagian badan dan bagian penutup yang semuanya terbuat dari batu yang utuh. Untuk bagian badan umumnya berbentuk persegi empat yang pada bagian tengahnya merupakan ruang kosong tempat meletakkan jenazah yang akan dimakamkan, sedangkan bagian penutupnya terlihat menyerupai atap rumah.

Meskipun terbuat dari bebatuan yang sangat keras, namun anda tidak akan melihat waruga dalam bentuk yang polos saja, karena setiap waruga (pada bagian badan atau penutup) diukir dengan berbagai motif. Menurut warga disekitar waruga sawangan yang saya temui, motif/ukiran pada waruga melambangkan profesi yang ditekuni selama hidup ataupun melambangkan daerah asal jenazah yang dimakamkan.

Keunikan lain dari waruga adalah jenazah yang akan dimakamkan, dimasukkan kedalam batu yang pada bagian tengahnya terdapat ruang kosong dengan jenazah diletakkan pada posisi jongkok atau duduk dan kepala mencium lutut, seperti ketika sebuah bayi masih berada didalam kandungan. Hal ini dapat anda lihat pada ukiran yang terdapat di dinding sebelum anda memasuki waruga sawangan. Yang lebih mengagumkan, satu waruga bisa berisi lebih dari satu jenazah. Oh ya, jika pada umumnya jenazah yang dimakamkan berada di bawah tanah maka lain halnya dengan waruga karena waruga sendiri berada diatas tanah dan menghadap ke utara.

Apabila anda berada di Waruga Sawangan, luangkan waktu sejenak untuk mengunjungi rumah adat khas Minahasa yang telah disulap menjadi museum yang berada disekitar pintu masuk Waruga Sawangan. Didalam museum, anda bisa melihat berbagai peninggalan zaman dahulu kala mulai dari alat makan, perhiasan, berbagai perabotan, hingga alat perang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar